Indeks Harga Saham Gabungan BEI ditutup melemah 0,91% menjadi 7,505.26 pada hari Jumat, dipengaruhi oleh serangkaian data ekonomi baru termasuk inflasi dan tren manufaktur.
Indeks Harga Saham Gabungan (BEI) Bursa Efek Indonesia turun 0,91%, atau 68,76 poin, pada hari Jumat, ditutup pada 7.505,26, mengakhiri minggu ini di zona merah. Indeks Harga Saham Gabungan dibuka sedikit lebih rendah, 0,04%, pada 7,571.10. Dalam lima menit, turun lagi 0,31%, mencapai 7.550,51. Sepuluh dari 11 indeks sektor menyeret IHSG ke zona merah, dengan hanya sektor teknologi yang mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,01%. Sektor kesehatan mengalami penurunan terdalam sebesar 2,65%, disusul sektor transportasi dan logistik yang turun 2,64%. Sektor lain seperti barang konsumsi primer dan bahan baku juga mengalami kerugian masing-masing sebesar 2,55% dan 1,82%. Peraih keuntungan terbesar hari ini pada indeks LQ45 adalah PT Adaro Energy Indonesia (ADRO) dengan 4,70%, PT Bank Central Asia (BBCA) dengan 1,71% dan PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) dengan 1,69%. Sedangkan yang mengalami kerugian terbesar adalah PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) yang mencatatkan kerugian 6,86%, PT Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) yang turun 5,57%, dan PT Aneka Tambang (ANTM) yang turun 5%.
Total volume perdagangan hari itu sebanyak 20 miliar lembar saham, dengan nilai transaksi Rp 10,5 triliun (US$670,99 juta). Sebanyak 423 saham melemah, hanya 189 yang menguat, dan 175 stagnan.
Beberapa rilis data perekonomian mempengaruhi pergerakan IHSG, khususnya data inflasi domestik dan manufaktur. Indeks harga konsumen (CPI) yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari Jumat menunjukkan pertumbuhan bulanan sebesar 0,08 persen pada Oktober 2024, menandakan berakhirnya tren deflasi di Indonesia. Indeks manajer pembelian (PMI) Indonesia, yang diterbitkan pada hari Jumat oleh S&P Global, menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur negara tersebut terus menurun selama empat bulan berturut-turut di bulan Oktober.